Slow-learner, adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf intelektual yang relatif sama. Slow-learner adalah anak dengan tingkat penguasaan materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi kelanjutan di pelajaran selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang (Burton, dalam Sudrajat, 2008). Kecerdasan mereka memang di bawah rata-rata, tetapi mereka bukan anak yang tidak mampu, tetapi mereka butuh perjuangan yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas reguler. Slow-learner adalah istilah yang sering digunakan bagi anak-anak dengan kemampuan rendah, dengan IQ antara 70 dan 85, ada juga yang mengatakan antara 80 dan 90, dan keadaan ini berlangsung dari tahun ke tahun. Anak-anak seperti ini mengisi 14,1 % populasi, lebih besar daripada kelompok anak dengan learning disabitilies, retardasi mental dan autis yang disatukan (www.audiblox2000.com/index.htm). Anak yang demikian akan mengalami hambatan belajar, sehingga prestasi belajarnya biasanya juga di bawah prestasi belajar anak-anak normal lainnya, yang sebaya dengannya.Mereka dapat menyelesaikan SMP, tetapi mengalami kesulitan di SMA. Slow-learner dapat diartikan anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental). Dalam beberapa hal mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding dengan yang tuna grahita, lebih lambat dibanding dengan yang normal, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun nonakademik, dan karenanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Slow-learner sulit untuk diidentifikasi karena mereka tidak berbeda dalam penampilan luar dan dapat berfungsi secara normal pada sebagian besar situasi. Mereka memiliki fisik yang normal, memiliki memori yang memadai, dan memiliki akal sehat. Hal-hal normal inilah yang sering membingungkan para orangtua, mengapa anak mereka menjadi slow-learner. Yang perlu diluruskan adalah walaupun slow-learner memiliki kualitas-kualitas tersebut, mereka tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sekolah sesuai dengan yang diperlukan karena keterbatasan IQ mereka. B.Ciri-ciri Slow-learner Dari data statistik, dalam suatu populasi, 14, 1 % di antaranya merupakan slow-learner. Bahkan di beberapa sekolah, proporsi anak slow-learner lebih besar daripada anak normal. Hal yang kritis di sini adalah anak slow-learner tidak mudah diidentifikasi. Guru dan orang tua sebaiknya tidak terburu-buru mengambil kesimpulan terhadap anak dengan prestasi belajar yang buruk. Mereka perlu mempertimbangkan banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Agar memudahkan metode belajar bagi anak tersebut, maka informasi yang jelas dan lengkap sangat dibutuhkan . Ciri-ciri umum slow-learner adalah: hasil pengukuran IQ mereka 75 % sampai 90% dari rata-rata anak, kemampuan membaca mereka yang dikuasai di usia-usia yang lebih lambat daripada anak kebanyakan, dan kecepatan belajar mereka 4/5 sampai 9/10 kali kemampuan kecepatan normal. Mereka sulit berpikir abstrak dan rentang perhatian mereka singkat. Mereka bereaksi lebih lambat dari pada rata-rata anak, ekspresi diri mereka buruk sekali, dan harga diri mereka rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar